Jumat, 06 Agustus 2010

Potensi HIV/AIDS di Batang

Oleh Muhamad Imron

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Adapun AIDS (Acquired Immunedeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala dan tanda penyakit. Penularan virus ini akan terjadi apabila ada kontak atau percampuran dengan cairan tubuh yang mengandung HIV.
Antara lain melalui hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV, melalui tranfusi darah dan transpalasi organ yang tercemar oleh HIV, alat/jarum suntik yang tidak steril bahkan melalui ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin yang dikandung. Ironisnya, penyakit ini hingga saat ini belum ditemukan obatnya.
Epidemi HIV/AIDS di Asia dan Pasifik cenderung meningkat lebih pesat terutama di negara dengan jumlah penduduk besar seperti China, India, dan Indonesia.
Meskipun tingkat penularan pada populasi umum masih rendah, tetapi jumlah absolut yang terinfeksi cukup besar. Pada 2005 di perkirakan 39,4 juta orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di dunia, 90 persen di negara berkembang. Bahkan berdasarkan data pada 2007 jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai 9.689 kasus, 82 persen di antaranya menimpa penderita usia produktif.
Bahkan angka penularan infeksi HIV/AIDS tahun 2010 diprediksikan akan meningkat tajam antara 1-5 juta dengan angka kumulatif berkisar antara 93.968-130.000 kasus. Hal ini tentu berdampak pada aspek sosial, ekonomi, kesehatan dan politik.
Penyebaran virus mematikan ini tidak hanya di kota-kota besar, tetapi sudah merambah ke berbagai pelosok daerah di Indonesia. Di Jawa misalnya, di antara daerah yang cukup rentan adalah sepanjang jalur pantura, terutama dilokalisasi dan warung remang-remang.
Berdasarkan data 1993-30 Maret 2006 terdapat 738, dan 83 kasus (62,87 persen) meninggal. Di antara daerah pantura di Jawa Tengah yang potensial bagi penularan HIV/AIDS adalah kawasan Alas Roban Kabupaten Batang yang merupakan titik lelah perjalanan truckers. Bahkan kabupaten ini menjadi daerah prioritas di Jawa Tengah.
Setidak-tidaknya ada belasan lokalisasi yang rawan dengan penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Batang. Maka untuk mengurangi angka penularan HIV/AIDS, Pemerintah Kabupaten Batang yang dalam hal ini dibidangi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) bersama-sama dengan LSM dan unsur masyarakat melakukan pendampingan.

Di antaranya organisasi-organisasi tersebut adalah Family Health International (FHI), United States Agency International Development (USAID), PC Fatayat NU Kabupaten Tegal, Gesang dan Graha Mitra dengan masing-masing wilayah pendampingan. Fatayat NU mendampingi WPS/PSK dan truckers, Gesang mendampingi gay dan Graha Mitra terfokus pada waria.
Tujuh Titik Meskipun terdapat belasan lokalisasi, hanya ada tujuh titik yang menjadi daerah pendampingan prioritas dan dianggap berpotensi besar bagi penyebaran virus tersebut. Di antaranya adalah daerah Surodadi, Resos Penundan, Resos Banyuputih, Wuni, Jrakah Payung, Boyongsari dan Bong Cina.
Berdasarkan data yang dihimpun dari klinik Inveksi Menular Seksual (IMS) HIV/AIDS KPA Kabupaten Batang (Desember 2008), setidak-tidaknyanya ada sekitar 52 orang yang terjangkit virus HIV/AIDS.
Angka ini akan terus bertambah jika tidak ada penanganan secara serius. Bentuk upaya yang sudah dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi kesadaran pemakaian alat kontrasepsi, pemeriksaan IMS HIV/AIDS dan VCT (Voluntary Conseling and Testing) secara berkala setiap bulan sekali.
Tidak hanya sosialisasi, mereka juga membagikan alat kontrasepsi secara gratis. Namun demikian, hanya sekitar 10-15 persen yang secara rutin menggunakan alat kontrasepsi. Alasan sebagian dari mereka adalah ’’kenyamanan’’.

Tanggung Jawab Bersama
Virus mematikan ini seharusnya menjadi isu bersama yang membutuhkan tanggung jawab bersama pula, yaitu antara ulama, umaro atau pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah dengan membentuk kelompok kerja (pokja) yang berasal dari unsur kepolisian, koramil dan pemerintah kecamatan setempat di setiap lokalisasi.
Pemerintah juga harus melakukan upaya preventif untuk mengurangi kemeningkatan angka penularan HIV/AIDS di kalangan WPS/PSK dan wanita-wanita rawan sosial lain, yaitu dengan menertibkan warung remang-remang yang berpotensi menjamurnya lokalisasi terselubung di sepanjang pantura, sehingga pemantauan akan lebih terkontrol.
Yang tidak kalah penting adalah dengan memberikan bekal keterampilan yang berorientasi pada kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dengan bekal keterampilan ini diharapkan akan mampu menggugah kemandirian ekonomi masyarakat dan mampu mengurangi kecenderungan mereka untuk terjun dalam ’’dunia esek-esek’’ dengan alasan mendasar mereka adalah ’’faktor ekonomi’’.
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan bagian dari lingkungan sosial kita, bukan momok menakutkan yang harus selalu dijauhi.
Sebaliknya, kita harus memberikan dukungan moral agar mereka bisa hidup berdampingan dengan kita, lebih-lebih berkenan meninggalkan dunia lamanya.

—Muhamad Imron, Esais dan peneliti di Lakspesdam NU

1 komentar:

  1. sangat berpotensi sekali pak .....
    buktinya di kab. batang sudah lebih 100 orang mati akibat terjangkit HIV/AIDS

    BalasHapus

please comment