Rabu, 04 Agustus 2010

Eksplorasi Potensi Pinggiran Batang

HINGGA saat ini, banyak daerah pinggiran (peri feri) di kabupaten/ kota di Jateng yang potensinya belum dieksplorasi secara maksimal. Optimalisasi potensi itu dapat berupa pengembangan agrobisnis, agroindustri, atau agrowisata. Padahal bila dikelola secara profesional, sumber daya itu mampu mendongkrak pendapatan dan percepatan pengembangan wilayah sekitar.

Daerah pinggiran di Kabupaten Batang sejatinya menyimpan banyak potensi. Terlebih melihat posisi daerah ini di jalur pantura Jawa yang diharapkan bisa mempercepat akselesasi pengembangannya, utamanya terkait sektor jasa, transit, dan transportasi.
Kondisi geografis kabupaten ini merupakan kombinasi antara pantai, dataran rendah, dan pegunungan yang kaya akan sumber daya alam berupa hutan dan laut/ perairan. Kondisi itu sangat mendukung pengembangan agroindustri, agrobisnis, dan agrowisata.

Daerah pantai misalnya, selain menyajikan potensi alam laut, cukup prospektif bagi pengembangan agroindustri sektor pertanian, perikanan, dan kelautan yang mengacu pada hasil tanaman seperti kakao, karet, kelapa, serta hasil tangkapan ikan. Sementara pada basis agroindustri, wilayah pantura merupakan kawasan yang strategis bagi pengembangan industri.

Kawasan ini juga cukup potensial bagi pengembangan wisata bahari dan panorama alamnya. Setidaknya ada dua tempat yang saat ini telah menjadi kebanggaan masyarakat Batang, yaitu pantai Ujungnegoro dan Sigandu. Berdasarkan Perda Nomor 14 Tahun 2004 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata, dua tempat itu menjadi prioritas utama pengembangan pariwisata.

Untuk mendukung pengembangan itu, pemda mengeluarkan SK Bupati Nomor 050/312/2003 tentang Pembebasan Retribusi Izin Usaha bagi Investor. Lewat SK itu diharapkan pengembangan Pantai Sigandu dan Ujungnegoro bisa lebih optimal.

Kawasan pegunungan juga menyimpan potensi besar bagi pengembangan agroindustri dan agrowisata. Pengembangan basis agroindustri mengacu pada berbagai hasil tanaman perkebunan seperti teh, kopi, cokelat, dan sayuran. Sedangkan agrowisata mengacu pada potensi alam dan kekayaan di dalamnya.
Salah satu agrowisata yang saat ini menjadi ikon adalah Kebun Teh Pagilaran.

Kawasan ini yang oleh sementara kalangan sering disebut ’’Puncak’’-nya Batang, menyuguhkan panorama alam pegunungan yang eksotik. Selain untuk keperluan wisata alam, daerah ini juga cukup potensial untuk wisata pendidikan.

Di lokasi tersebut pengunjung dapat melihat secara langsung proses pemetikan dan produksi teh. Keberadaan perkebunan teh itu juga dimanfaatkan untuk keperluan ilmiah, seperti pelatihan dan penelitian. Salah satu perguruan tinggi yang menjalin kerja sama dengan pengelola adalah Universitas Gadjah Maha (UGM).
Kerja Sama Investasi Selain agrowisata, ada beberapa daerah pinggiran yang prospektif tapi belum digali secara maksimal. Misalnya . agrowisata (salak) di Sodong Wonotunggal, yang juga menghasilkan kapulaga, panili, dan cengkih. Kawasan lain adalah Curug Genting (Blado) dan Curug Gombong (Subah).

Selain wisata alam, beberapa daerah menyimpan benda atau petilasan purbakala seperti prasasti Sojomerto (Kecamatan Reban), Canggal (Warungasem), situs Syalendra (Gringsing), patung Ganesha dan reruntuhan Candi Hindu di Desa Silurah Kecamatan Wonotunggal.

Di bagian selatan, yang berbatasan dengan Pegunungan Dieng ada dua daerah yang potensial dikembangkan agrowisata alamnya, yakni Pranten dan Gerlang.
Meskipun belum menjadi objek wisata secara formal, melihat potensinya seperti air terjun, sumber air panas, dan keindahaan alamnya, daerah itu cukup prospektif sebagai desa wisata dan agrobisnis, terutama sektor kehutanan dan peternakan.

Melihat potensinya, ada investor yang ingin berinvestasi untuk sentra peternakan sapi pedaging dan susu. Bahkan ada yang siap membangun hotel. Melihat semua potensi tersebut, rasanya sia-sia jika pemda tidak segera mengeksplorasinya secara maksimal.

Pemda bisa menjalin kerja sama dengan pihak ketiga untuk menggali dan mengembangkan potensi itu. Dengan manajemen dan pengelolaan yang baik, sumber daya alam itu bisa memberikan pemasukan yang signifikan, termasuk percepatan pembangunan bagi wilayah sekitarnya. (10)

— Muhamad Imron, peneliti pada Lakpesdam NU Batang

Wacana Suara Merdeka Edisi 29 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please comment